Pengapalan Keseribu Kali FSO Gagak Rimang: Mengukuhkan Ketahanan Energi Indonesia
Rabu, 21 Agustus 2024 19:15 WIBOleh Imam Nurcahyo
Bayangkan sebuah kapal sepanjang tiga kali lapangan sepak bola berdiri kokoh di antara ombak biru perairan Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjadi salah satu pilar utama ketahanan energi Indonesia.
Kapal Alir Muat Terapung atau Floating Storage Offloading (FSO) itu bernama Gagak Rimang, yang menjadi bagian kunci dari produksi minyak Blok Cepu, dengan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), salah satu anak perusahaan ExxonMobil di Indonesia, sebagai operatornya.
Sejak produksi awal dari lapangan Banyu Urip dimulai pada 2008 melalui Early Production Facility (EPF) hingga mencapai produksi penuh di Central Processing Facility (CPF) pada akhir 2015, perjalanan ExxonMobil di Blok Cepu telah menjadi babak baru dalam industri hulu migas tanah air.
Kini, di tengah perayaan 79 tahun kemerdekaan Indonesia, EMCL sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk pemerintah Indonesia, mencatat pencapaian bersejarah: FSO Gagak Rimang berhasil mencapai lifting atau pengapalan minyak mentah keseribu kalinya, sebuah bukti dari komitmen tanpa henti ExxonMobil dalam membantu memenuhi kebutuhan energi nasional.
Seribu kali bukan angka yang sedikit untuk operasi skala besar berupa pengapalan minyak mentah. Prosesnya panjang, rumit, dan penuh risiko. Namun ExxonMobil membuktikan komitmennya dengan memastikan kegiatan operasi berlangsung aman, andal dan efisien.
Kontribusi Blok Cepu Terhadap Ketahanan Energi Indonesia
Siang bergeliat, malam pun tak pernah senyap di FSO Gagak Rimang. Upaya guna memenuhi kebutuhan energi nasional terus berjalan tak kenal lelah.
Sesuai nama yang dipilih karena melambangkan kekuatan dan keandalan, desain Gagak Rimang memungkinkan kapal ini berputar bebas mengikuti arah angin, ombak, dan arus laut tanpa mengganggu aliran minyak dari pipa.
Kapal ini mampu menampung 1,7 juta barel minyak mentah, setara dengan kapasitas 108 kolam renang standar olimpiade. Dalam sebulan, FSO Gagak Rimang sanggup melakukan hingga sepuluh kali pengapalan, menjadikannya salah satu terminal migas tersibuk di Indonesia.
Setiap hari, minyak mentah diproduksi di Fasilitas Pengolahan Pusat dari Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris, kemudian minyak dialirkan melalui pipa sepanjang 72 kilometer ke lepas pantai Tuban. Dari sana, minyak kembali dialirkan melalui pipa bawah laut sepanjang 23 kilometer menuju FSO Gagak Rimang sebelum diangkut menggunakan fasilitas tanker.
Sejak pengapalan perdananya 9 tahun silam, kini FSO Gagak Rimang yang beratnya setara dengan 60 ribu gajah ini telah mencapai lifting keseribu. EMCL bersama para mitra, PT Pertamina EP Cepu dan Badan Kerja Sama PI (Participating Interest) Blok Cepu, telah memproduksi lebih dari 660 juta barel minyak dari Blok Cepu yang memberikan kontribusi lebih dari 440 triliun rupiah untuk pendapatan negara atau sekitar tujuh kali lipat dari investasi awal.
Berkat dukungan pemerintah pula, ExxonMobil turut membantu memperkuat ketahanan energi Indonesia dengan menyumbang sekitar 25 persen dari produksi minyak nasional.
Dari Indonesia, untuk Indonesia
ExxonMobil berhasil mencapai pengapalan keseribu kalinya, yang artinya produksi terus dilakukan tanpa mengenal lelah. Keberhasilan ini mustahil terwujud tanpa keahlian yang mumpuni.
Lebih dari 99 persen pekerja di ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) adalah putra-putri terbaik bangsa, yang setiap harinya bekerja dengan dedikasi tinggi untuk memastikan operasi berjalan lancar.
Selama masa puncak konstruksi di proyek Banyu Urip, lebih dari 17.000 tenaga lokal berdedikasi untuk memastikan keberhasilan operasionalnya. Kolaborasi dengan tak kurang dari 1.400 perusahaan nasional pun tidak hanya memperkuat ketahanan energi, tetapi juga membangun infrastruktur berkelanjutan di sekitar wilayah operasi.
Bahkan jika ditarik mundur ke masa awal pengembangan, EMCL menandatangani kontrak Rekayasa, Perencanaan, Pengadaan, dan Konstruksi (EPC) dengan lima konsorsium yang semuanya dipimpin oleh perusahaan Indonesia.
Keandalan operasional Blok Cepu tak lepas dari komitmen luar biasa dari orang-orang terbaik tanah air, yang terus semangat memajukan Indonesia.
Selama seluruh proses ini berlangsung, terjadi transfer pengetahuan, pengalaman, dan juga teknologi. Artinya, investasi ExxonMobil di Indonesia lebih dari sekadar meningkatkan pendapatan nasional. Ada efek berganda yang dapat bermanfaat untuk pengerjaan proyek serupa di masa mendatang.
Menjajaki Peluang Baru
Cadangan migas di Blok Cepu pertama kali ditemukan pada 2001. Saat itu, dalam rencana pembangunan awal, tercatat potensi cadangan minyaknya adalah 450 juta barel. Namun, produksi aktualnya justru di luar ekspektasi. Potensi cadangan minyak diperkirakan dapat mencapai 1 miliar barel.
Produksi harian yang semula dalam rencana pembangunan disebutkan sebesar 165.000 barel per hari, ternyata dalam produksi aktual bisa menembus hingga 200.000 barel setiap harinya, menunjukkan potensi yang signifikan.
Begitu pula dengan periode produksi puncak yang ternyata bisa mencapai lima tahun, tiga tahun lebih lama dibandingkan dengan prediksi awal. Statistik produksi aktual yang melampaui ekspektasi ini berjalan beriringan dengan komitmen ExxonMobil dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
Dalam upaya terus mengoptimalkan produksi dari Blok Cepu, pada Maret 2024 lalu, ExxonMobil bersama SKK Migas melakukan tajak sumur perdana Banyu Urip
Infill Clastic (BUIC), yang merupakan bagian dari kampanye pengeboran di Blok Cepu untuk mengambil minyak yang tidak bisa diambil sumur sebelumnya. Bahkan di awal Agustus 2024 ini, sumur B13, sumur pertama dalam program pengeboran ini sudah selesai dibor. Sumur tersebut saat ini berproduksi 13 ribu barel per hari dan berpotensi untuk dioptimalkan lebih lanjut.
Pengeboran yang dilakukan hingga dua tahun ke depan ini melibatkan lima sumur infill carbonate dan dua sumur clastic, yang diharapkan dapat menambah produksi lapangan Banyu Urip.
ExxonMobil juga terus menjajaki peluang baru lain melalui eksplorasi di wilayah terbuka, untuk memastikan pasokan energi yang berkelanjutan bagi Indonesia.
Eksplorasi dilakukan hampir di seluruh penjuru Indonesia. ExxonMobil dipercaya mengeksplorasi area terbuka seluas 1,2 juta kilometer persegi, setara dengan 1.300 kali luas Blok Cepu.
Menapaki Masa Depan Indonesia yang Kian Maju
Komitmen ExxonMobil bukan hanya di sektor hulu. Jika ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) mewakili keberadaan perusahaan dalam industri hulu migas Indonesia, di sektor hilir, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) menyediakan produk pelumas, BBM dan petrokimia berkualitas untuk masyarakat Indonesia.
Di sisi lain, sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia mencapai target penurunan emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat, ExxonMobil turut berkomitmen mendukung pencapaian target tersebut.
Salah satunya lewat penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) yang secara teknis menangkap emisi karbon dioksida dari aktivitas industri agar tidak terlepas ke atmosfer. Karbon dioksida kemudian disimpan secara aman dan permanen di bawah lapisan bumi.
Bersama Pertamina, ExxonMobil tengah menjajaki pengembangan fasilitas CCS terpusat di bagian barat Laut Jawa. Dengan pengalaman ExxonMobil lebih dari empat dekade, teknologi ini menjadi salah satu langkah menjanjikan untuk mencapai target pengurangan emisi sekaligus membawa Indonesia sebagai pelopor pengurangan emisi di tingkat regional.
Dengan tercapainya lifting keseribu kali ini, ExxonMobil tidak hanya merayakan keberhasilan masa lalu tetapi juga menatap masa depan dengan penuh harapan. Dalam semangat ‘Nusantara Baru, Indonesia Maju’, pencapaian ini menandai langkah penting menuju kedaulatan energi yang berkelanjutan sembari terus bergerak memajukan Indonesia. (ads/red/imm)
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo